Iklim pesta demokrasi di Indonesia makin meriah dengan adanya Pilkada dan Pilpres yang diadakan secara berurutan, 2018 dan 2019. Ini tentu membawa kebahagian bagi seluruh masyarakat di tanah air yang akan mendapatkan pemimpin baru. Tentunya dengan harapan pemimpin baru nantinya, baik itu incumben atau calon yang baru bisa memberikan kontribusi yang banyak bagi masyarakat yang di pimpinnya. Maka sebagai penulis yang sejak 6 tahun ini fokus melayani jasa penulisan (bukan penulis dari penerbit tertentu) maka wajar jika saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi Penulis Biografi TGB (Tuan Guru Bajang).
Beliau yang mempunyai nama asli Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A adalah gubernur kebanggaan masyarakat NTB. Selain pernah meraih penghargaan sebagai Gubernur Termuda dari MURI (Museum Rekor Indonesia) saat pertama menjabat sebagai Gubernur NTB yang masih berusia 36 tahun, dalam dua periode pemerintahannya memimpin Bumi Gora ia juga memberikan banyak prestasi baik tingkat nasional dan internasional.
Banyak pelajaran yang bisa saya dapatkan sebagai Penulis Biografi TGB ini, karena beliau selain sebagai pemimpin daerah, juga mempunyai latarbelakang pendidikan agama yang sangat bagus. Dengan kemampuan menghafal Al Quran pada usia belasan tahun, kapasitas ilmu agamanya makin diakui dengan kemampuannya menyelesaikan kuliah S3 di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir dengan jurusan Tafsir Al Qur’an dengan predikan summa camlaude. Hal inilah yang menyebabkannya pantas untuk disebut Tuan Guru Bajang, bukan karena ia seorang bajang (muda) yang sudah mampu menguasai ilmu agama, tapi lebih dari itu, ia dianggap mampu mengajar tanpa teks (bawa buku) untuk berbagai disiplin ilmu agama, setiap kali mengajar di berbagai tempat.

Nama besar TGB tidak datang serta merta, bak dunia artis yang namanya langsung meroket tanpa tahu darimana asal-usulnya, tapi TGB adalah cucu dari seorang ulama khaismatik NTB yang karena perjuangannya membela tanah air oleh pemerintah diberi gelar Pahlawan Nasional Indonesia, dialah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (Hamzanwadi), seorang ulama yang banyak mewarnai keislaman masyarakat NTB dengan ormas yang dibentuknya, Nahdatul Wathan.
Dari kakeknya inilah TGB banyak belajar tentang agama dan pandangan keislaman, sehingga saat ini ia tetap dengan pandangan Islam moderat-nya. Lalu darimana TGB belajar tentang ilmu birokrasi hingga ia menjadi seorang biriokrat yang berprestasi?
Jawabannya adalah dari ayahnya sendiri, H.M Djalaluddin, S.H seorang birokat yang berlatar belakang keluarga dengan ajaran agama yang kuat, sejak usia mudanya hingga pensiun pernah menduduki berbagai posisi strategis di Pemerintahan Provinsi NTB. Ia adalah birokrat pekerja keras dan jujur. Hasil sentuhannya yang paling dikenang saat ini adalah Bank NTB dan IPDN NTB.
Masa pemerintahan TGB di NTB hampir selesai, tapi rekam jejak yang ia lakukan untuk tanah kelahirannya ini akan selalu di kenang sampai kapan pun. Ia bukan hanya dikenal sebagai pemimpin daerah yang dihormati dari golongannya sendiri, tapi berbagai golongan pun berhasil diraihnya, hingga tidak berlebihan jika ia menyebut bahwa NTB bisa dijadikan contoh untuk laboratorium kerukunan umat beragama. Buktinya, paling bisa dilihat saat diadakannya MTQ ke 26 di Islamic Center, Kota Mataram, dimana banyak dari masyarakat non muslim yang ikut serta menyukseskan acara tersebut sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Itulah sekidit ulasan saya sebagai Penulis Biografi TGB.